ANALISIS KELUARNYA AMERIKA SERIKAT DARI PARIS AGREEMENT DI ERA DONALD TRUMP

indonesian

  • Nurul Azhiimi Universitas Potensi Utama, Medan

Abstract

Penarikan diri oleh Amerika Serikat (AS) dari Paris Agreement cukup mengejutkan dunia dan tentu memberi dampak yang cukup besar terhadap kesepakatan ini mengingat AS merupakan negara penghasil emisi karbondioksida terbesar kedua di dunia setelah China yaitu sekitar 5,82 miliar ton emisi CO2 per tahun. AS menjadi salah satu negara yang ikut dalam kesepakatan mengenai pengurangan emisi karbondioksida ini, bahkan menjadi negara paling awal ketika meratifikasi Paris Agreement. Namun pada tahun 2017 Donald Trump mengumumkan secara resmi AS keluar dari Paris Agreement. Keputusan ini mewarnai berita media cetak, media elektronik dan media sosial di seluruh dunia. Keputusan ini tidaklah terlalu mengejutkan. Sejak masih menjadi calon Presiden AS, Trump dan para pendukungnya telah mengancam akan membatalkan keikutsertaan AS dalam kesepakatan iklim global ini. Trump mengatakan bahwa Paris Agreement merupakan kesepakatan yang buruk (bad deal) bagi AS. Trump mengutip hasil kajian NERA Consulting yang mengatakan Amerika dirugikan $3 triliun dalam beberapa dekade mendatang, dan kehilangan 6,5 juta kesempatan kerja. Keputusan Trump ini sesungguhnya bertentangan dengan pendapat mayoritas warga AS yang justru tidak menghendaki negaranya keluar dari Paris Agreement. Dalam survei yang dilakukan Harvard School of Public Health dan Politico pada tahun 2017 lalu, sekitar 62% warga AS menghendaki tetap ikut dalam Paris Agreement.

Published
2023-01-31